Indonesia memiliki macam-macam permainan tradisional yang terkenal pada masanya. Seperti halnya makanan dan kesenian khas daerah, permainan tradisional di setiap daerah sangat bervariasi. Meskipun sudah tidak seterkenal dulu, banyak pihak berusaha melestarikan permainan tradisional. Tujuannya supaya permainan tradisional ini tidak punah tergusur perkembangan zaman.
Manfaat Macam-Macam Permainan Tradisional bagi Anak-Anak
Permainan tradisional ini memiliki banyak manfaat bagi kita semua. Biasanya, permainan tradisional tidak membutuhkan banyak media. Maka, fisik berperan banyak dalam melakukan permainan tradisional. Selain melatih fisik, permainan tradisional juga sering dimainkan secara berkelompok. Dengan begitu, kemampuan menyusun strategi dan berkordinasi dalam kelompok juga dilatih.
Karena dimainkan secara berkelompok, tentu saja permainan tradisional melatih kemampuan bersosialisasi. Anak-anak akan semakin mengenal satu sama lain dan timbul perasaan saling menyayangi. Wah, begitu banyak manfaat permainan tradisional, ya. Berikut adalah macam-macam permainan tradisional yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Mengenal Macam-Macam Permainan Tradisional
Berikut ini beberapa jenis permainan tradisional yang mesti kita lestarikan.
1. Egrang

Siapa yang tidak kenal egrang? Permainan ini membutuhkan dua bilah bambu yang cukup panjang, biasanya 1 meter atau lebih. Lalu, sepasang bambu ini dilengkapi dengan bambu dengan ukuran lebih pendek sebagai penopang atau tumpuan. Permainan ini ternyata berasal dari tanah Sunda atau provinsi Jawa Barat. Namun setelah terkenal, egrang menyebar ke seluruh penjuru Indonesia.
Dalam memainkan egrang, anak-anak kadang membutuhkan bantuan orang dewasa terlebih dahulu. Karena cukup sulit untuk berdiri di atas egrang dan menjaga keseimbangan. Dengan bermain egrang, anak-anak bisa belajar tentang kesabaran dan ketekunan. Sebab, permainan egrang baru berhasil jika anak-anak sering berlatih dengan tekun dan sabar.
2. Cublak-Cublak Suweng

Kalau dari namanya, bisa ditebak bahwa permainan tradisional ini berasal dari daerah Jawa, khususnya provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Permainan ini dilakukan dalam kelompok, biasanya bisa mulai dari 3-4 anak. Lebih banyak anak yang terlibat, permainan akan lebih seru. Cublak suweng adalah satu dari sekian banyak kebudayaan Jogja yang eksis hingga kini.
Cara bermain dan bahan yang dibutuhkan juga mudah. Hanya membutuhkan sebuah kerikil. Anak-anak menentukan salah satu pemain yang akan membungkuk seperti meja. Sisanya akan mengoperkan batu kerikil dan bernyanyi lagu “Cublak-Cublak Suweng”. Setelah pemain lain selesai bernyanyi, pemain yang membungkuk bertugas menebak ada di siapa kerikil yang tadi dioperkan. Jika tebakannya benar, anak yang memegang kerikil gantian membungkuk.
3. Engklek

Permainan ini memiliki banyak istilah. Ada yang menyebutnya Engklek, ada juga yang menyebut Sunda Manda. Permainan ini bisa dimainkan oleh anak laki-laki maupun perempuan. Umumnya, membutuhkan minimal dua orang. Ada juga yang memainkan dengan beregu.
Pertama, buatlah beberapa petak persegi dengan bentuk pesawat terbang, atau tanda tambah (+) sesuai kesepakatan di atas tanah. Kalau bermain di atas lantai, bisa menggunakan kapur. Kemudian, setiap pemain mengundi giliran dengan hom pim pa. Setelah itu, pemain melempar uang, ternit, atau batu sebagai gaco dan melompati seluruh kotak sampai selesai. Tidak boleh jatuh atau menyentuh garis. Jika jatuh atau menyentuh garis, pemain bergantian dengan pemain lain.
4. Gundu atau Kelereng
Permainan ini memiliki banyak istilah tergantung daerahnya. Anak-anak di Jawa menyebutnya sebagai nekeran. Disebut ekar di Palembang. Dikenal sebagai kleker di daerah Banjar. Biasanya lebih diminati oleh anak-anak laki-laki. Permainan ini membutuhkan beberapa buah kelereng dan bisa dimainkan paling sedikit dua anak.
Para pemain perlu membuat sebuah lingkaran di atas tanah. Kemudian, semua kelereng diletakkan dalam lingkaran. Setelah mengundi giliran, para pemain membidik kelereng agar keluar dari lingkaran dengan tangan kosong. Lalu, pemain berhak memiliki kelereng yang sudah dibidik asal kelereng untuk membidik juga keluar dari lingkaran.
5. Petak Umpet

Kalau di luar negeri, permainan ini disebut sebagai hide and seek. Tidak hanya terkenal di luar negeri, anak-anak Indonesia juga memainkan permainan ini. Permainan ini tidak termakan zaman. Sangat populer dari waktu ke waktu. Permainan ini bisa melatih anak-anak untuk teliti dan menyusun strategi.
Bermain petak umpet bisa dilakukan minimal dua orang. Lebih banyak, lebih seru. Para pemain perlu mengundi siapa yang berjaga dengan cara hompimpa. Pemain yang berjaga menutup mata sambil berhitung, biasanya 1-10 hitungan. Selama penjaga berhitung, pemain lain bersembunyi secara berpencar. Lalu, penjaga mulai mencari setelah hitungan selesai.
Permainan tradisional ini, dan yang lainnya sangat identik dengan aktivitas luar ruangan yang membuat anak aktiv dan berkeringat. Tentu ini lebih baik daripada permainan yang membuat badan tidak beraktivitas serta punya banyak bahaya bagi mata dan sistem otak. Selain itu, petak umpet dan permainan lainnya juga bisa mengatasi gendut secara alami pada anak.
6. Gobak Sodor
Ada yang menyebut permainan ini adalah bentuk pengucapan local dari istilah Go Back to Door. Permainan ini termasuk yang sering dilestarikan karena masuk dalam kurikulum SD, terutama pelajaran olah raga. Dalam permainan ini, anak-anak belajar untuk komunikasi, sosialisasi, dan kerja tim.

Gobak Sodor membutuhkan 2 kelompok yang beranggotakan 4-5 anak. Permainan ini idealnya dimainkan di tanah lapang dengan bidang permainan berupa kotak-kotak besar. Setiap kelompok memiliki kapten yang akan memandu tim mengatur strategi untuk bisa melewati lawan atau menangkap lawan. Poin didapatkan jika tim bisa menangkap lawan atau lolos dari tangkapan lawan. Tim yang memiliki lebih banyak poin menjadi pemenang.
7. Ular Naga
Sama seperti Cublak-Cublak Suweng, permainan Ular Naga juga punya lagu tersendiri. Permainan ini membutuhkan cukup banyak pemain, setidaknya 7 anak. Dua anak akan berperan sebagai pintu gerbang. Sisanya akan berbaris dengan memegang bahu satu sama lain sebagai ular naga.
Para pemain perlu melakukan hompimpa untuk menentukan 2 pemain yang menjadi pintu gerbang dan induk naga (paling depan). Lalu ular naga akan berputar-putar mengelilingi pintu gerbang sambil menyanyikan lagu Ular Naga bersama-sama. Pemain yang menjadi pintu gerbang akan menurunkan tangannya saat lagu selesai.
Pemain yang tertangkap akan memilih ikut pintu gerbang yang mana. Lakukan terus sampai ular naga habis. Pintu gerbang yang paling sedikit anaknya akan mengejar pintu gerbang yang banyak anaknya.
Cara paling efektif untuk melestarikan permainan-permainan ini adalah dengan memasukkannya ke dalam perlombaan. Bisa perlombaan bulanan, sekolah, atau lomba kecil-kecilan saja. Dengan dibuatnya lomba permainan tradisional, apalagi yang berhadiah uang atau medali yang di dapat di tempat jual medali berkualitas, niscaya akan mampu menarik anak untuk memainkannya.
Demikian itu ulasan singkat seputar beberapa jenis permainan tradisional yang penting untuk terus kita lestarikan. Jangan lupa simak ulasan menarik lainnya. Semoga bermanfaat. Sekian dan terima kasih.
